“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7)
Sifat-sifat
anak itu tak cukup dibentuk dengan memberi pengetahuan, misalnya
penjelasan, nasehat, dan seterusnya. Pengetahuan memang penting, tapi
kemampuannya untuk membentuk sifat sangat kecil.
Yang
dapat membentuk sifat anak adalah latihan dan contoh (pendidikan). Jika
dua hal ini sering kita lakukan lalu ditambah dengan pengetahuan, maka
hasilnya menjadi optimal.
Melatih
dan memberi contoh anak-anak untuk berbagi menjadi hal yang sangat
mendasar. Kenapa? Ini semua akan berdampak pada keharmonisan hidup,
kebahagiaan, dan keberhasilan, baik untuk masa kini dan masa mendatang.
Bagi
orangtua yang masih susah menemukan solusi dari hubungan anak-anak yang
diwarnai cekcok, maka melatih mereka untuk berbagi menjadi solusi
penting. Misalnya berbagi mainan, makanan, dan seterusnya.
Dengan
latihan itu mereka akan terbiasa untuk berempati atau peduli. Mereka
akan terbiasa mengalahkan ego / nafsu individualistiknya. Jika ini sudah
muncul, maka lahirlah hubungan yang saling tolong menolong.
Di
sisi lain, tolong menolong itu sangat bagus untuk melatih anak agar
bisa berbagi dan peduli. Misalnya, si kakak mengambilkan handuk si adik,
dan begitu juga si adik membantu si kakak.
Jika
si Kecil sudah kita latih berbagi, ini akan meningkatkan
keharmonisannya saat nanti sudah bergaul dengan anak-anak lain di
sekolah. Seperti kita alami, yang menjadi sumber konflik dalam pergaulan
adalah egoisme (terlau besar memikirkan diri sendiri).
Bahkan
kalau kita kaitkan dengan rasa bahagia, maka memberi itu menempati
urutan tertinggi kedua (Setelah pengabdian pada nilai-nilai) sebagai
sumber kebahagiaan yang tidak sementara sifatnya.
Secara psikologis, jiwa yang mindset-nya memberi itu ternyata jauh lebih sering dan lebih lama merasakan kebahagiaan ketimbang jiwa yang mindset-nya meminta atau menuntut.
Tapi,
meski sudah kita latih mereka untuk berbagi, tidak berarti mereka
lantas menjadi “malaikat kecil”, yang selalu harmonis dan bahagia.
Konflik, gesekan dan kesalahan selalu terjadi dan harus terjadi sebagai
bagian dari pendidikan. Yang akan membedakan adalah jiwanya.
Untuk
kepentingan jangka panjang, latihan berbagi sejak dini itu punya
sumbangan yang luar biasa besarnya terhadap keberhasilan hidup di
berbagai bidang, baik di profesi, perkawinan, atau dalam kehidupan
sosial.
Kenapa?
Untuk mencapai keberhasilan, syaratnya adalah kemampuan mengelola
jaringan. Untuk bisa mengelolanya, seseorang harus punya jiwa berbagi
yang dikembangkan ke berbagai sifat, misalnya memaafkan, menolong,
mengembangkan, dan seterusnya.
Meski
latihan berbagi itu penting, tapi jangan sampai berlebihan. Ini adalah
bencana kebaikan. Selain itu, motifnya harus selalu kita luruskan.
Jangan sampai si Kecil
baik karena takut atau lemah. Anak kita harus menjadi orang baik, tapi tidak boleh lemah.
Semoga bisa kita jalankan.
taken from:
https://www.sahabatnestle.co.id/content/view/pentingnya-latihan-berbagi-sejak-dini.html
0 comments:
Post a Comment